Part 4.
BUKU DAN MUSIK
"Menulis Sebagai Alibi"
a. Diam Produktif
Saya mulai suka membaca buku pada pertengahan masa kuliah sampai akhirnya ada keinginan menulis dengan proses yang mengubah-ubah konsep menulis yang pada akhirnya menjadi buku yang sedang Anda baca. Ada yang perlu saya sampaikan tentang pentingnya membaca buku yakni perlu disadari bahwa membaca buku adalah pelebaran pola pikir, seperti memberikan nutrisi pada otak yang sangat bermanfaat bagi perkembangan dan sudut pandang yang membentuk pola pikir. Selain menambah wawasan, membaca buku juga salah satu seni dalam kegiatan produktif.
Diam produtif adalah motto saya dalam membaca buku. Diambil dari sebuah pemikiran dimana memanfaatkan waktu yang luang ketika sedang sendirian dan tidak ada kegiatan, tetapi bagaimana supaya pada waktu tersebut tetap bisa produktif menghasilkan hal yang positif yaitu salah satunya dengan membaca buku. Membaca buku merupakan suatu kegiatan yang pasif yang hanya menggunakan otak tanpa melakukan pergerakan fisik yang enerjik seperti lari atau jungkir, maka dari itu saya sebut diam produktif yang mana motto tersebut selalu saya gunakan ketika mau membaca buku untuk membakar semangat menimba pengetahuan. Menjadikan seperti sebuah pembakar semangat ketika mau membaca buku, diam produktif juga membuka kepada hal lain mengenai bagaimana ketika diri tidak beraktifias secara fisik, namun tetap bisa produktif secara terlihat maupun tidak.
Dalam keseharian pasti sering menemukan kegiatan yang sering dilakukan entah itu hanya duduk-duduk mengobrol atau melakukan hal lain yang sifatnya monoton, betapa sayangnya ketika waktu yang digunakan dengan kegiatan pengulangan yang terlalu sering terlebih tidak menimbulkan sesuatu yang baru atau berkembang, maka patut mencoba meng agendakan membaca buku pada waktu tersebut. Otak manusia ibarat seperti mesin pada kendaraan, jika asupan oli, bensin serta servis yang buruk dan tidak teratur maka berdampak pada kerusakan mesin jangka panjang yang diawali dengan jangka pendek yakni dengan gejala cepat panas. Sama halnya dengan otak manusia jika kekurangan nutrisi yang mana nutrisi disini seperti wawasan atau pengetahuan maka akan membentuk sudut pandang pendek yang mengakibatkan pola pikir sempit, kemudian dengan keadaan tersebut cenderung lebih mudah emosi terhadap hal yang tidak sesuai keinginan.
Salah satu cara mendapatkan nutrisi tersebut adalah dengan membaca buku, dengan membaca buku maka diri dapat menambah nutrisi yang akan menjadikan pelebaran. Tidak ada batasan umur membaca buku, tetapi yang perlu dibatasi adalah waktu kapan produktif dan kapan santai, namun jika waktu santai tetap bisa produktif kenapa tidak. Salah satu pemicu saya membaca buku adalah pada waktu kuliah saya sering menemukan banyak waktu yang luang, dari mulai hanya tiduran dikamar, menonton film di laptop, bermain hp, duduk bersama teman-teman, saya jenuh dengan kegiatan seperti itu yang berulang-ulang terlalu sering dan tidak ada nilai yang didapat. Walaupun nilai tersebut bisa didapatkan pada kegiatan tersebut, tetapi saya lebih banyak mendapatkan hanya pengulangan saja, maka dari itu saya ingin mencoba memanfaatkan waktu tersebut dengan cara yang berbeda. Menurut saya membaca buku lebih dapat berpikir secara intim karena fokus hanya pada hal yang sedang dibaca saja. Pahami setiap kalimat pada buku, baca dengan pelan dan tidak usah terburu-buru maka akan mengakibatkan otak berpikir serta berinteraksi pada diri sendiri yang kemudian saling negosiasi untuk membuka sudut pandang yang lebih luas.
Membaca buku bukan berarti menganggap apa yang dikatakan buku itu semua benar, perlu diingat membaca buku juga seperti makanan, makanlah makanan yang membuat manfaat untuk tubuh, sama halnya dengan buku bacalah buku yang bermanfaat. Bisa karena terbiasa saya setuju atas perkataan itu, pada awal saya mulai membaca buku itu sangat sulit dengan saya, kepala pusing, membaca satu lembar saja tidak kuat karena rasa ngantuk yang datang tiba-tiba, namun itu semua hanya adaptasi pada diri yang baru membaca buku pada fase awal dan akan hilang serta meningkat dengan sendirinya ketika tetap terus membaca. Memang hal tersebut bagian dari adaptasi baru dimana saya yang tidak biasa membaca merasa menjadi sesuatu yang berat, namun jangan lantas berhenti dengan adaptasi tersebut, tetap lanjutkan membaca kemudian tingkatkan jumlah membacanya sedikit demi sedikit dan jangan berhenti membaca sebelum tau mengapa harus berhenti. Buku adalah alternative belajar ilmu, dengan buku kita dapat tetap produktif walaupun sendirian. Saya kira sangat perlu pemuda-pemudi untuk menyukai membaca buku, betapa banyak manfaatnya sebuah buku dapat memberikan informasi yang mungkin tidak didapatkan dalam media lain, membaca buku juga merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas diri.
b. Keinginan Menulis
Pada dasarnya karena ingin berbagi dengan apa yang saya dapatkan dari membaca buku, kehidupan sosial, keluarga, introfeksi diri, perkuliahan sampai musik yang banyak sekali hal-hal yang dapat menjadi sebuah pembelajaran dimana hal tersebut merupakan suatu pelajaran yang juga bisa mengembangkan cara berpikir untuk lebih mengetahui lagi. Bagaimana melewati masa sulit merupakan sesuatu hal yang berharga ketika apa yang saya alami bisa saya bagikan kemudian bermanfaat bagi orang lain, namun bisa bermanfaat adalah sebuah bonus yang terpenting adalah bisa berbagi. Karena sesungguhnya fungsi adalah pada akhirnya. Seperti hubungan teman, sodara, orang tua bahkan sebuah barang atau benda ketika diri menghadapi masa sulit, apakah mereka berfungsi atau tidak disitulah sesungguhnya yang sebenarnya.
Mempunyai niat menulis juga berawal ketika keputusan bermusik sedang berlangsung, seperti mendapat sebuah ide tambahan dengan merencanakan ingin menulis sebuah novel dimana mengangkat cerita perjalanan bermusik saya pribadi yang menjadikan saya memutuskan juga ingin menulis buku. Kemudian munculah ide novel berjudul “ Si Troy Ingin menjadi Rockstar” yang mana judul tersebut merupakan awal konsep buku yang ingin saya tulis, tetapi berjalannya waktu dan proses yang telah dilewati berubah menjadi buku yang Anda baca sekarang. Sama halnya perubahan tersebut juga mempengaruhi bagaimana tahapan kepercayaan diri saya untuk bisa menulis secara lepas dan sejujur-jujurnya yang ternyata tidak semudah mengatakannya. Hal tersebut mengetuk kesadaran saya bahwa ternyata menulis juga perlu mental yang kuat untuk tidak malu mengungkapkan apa yang dirasakan oleh diri sendiri, terlebih mental yang siap akan konsekuesinya serta ujung proses tahapan ini yakni ketika buku ini tidak layak untuk terbit. Terkadang perubahan terjadi seakan mengalir seperti air disungai, seperti apa yang terjadi dari konsep awal buku ini berubah seiring perjalanan fase yang terjadi. Inti dari suatu perubahan baik adalah keadaan lebih baik dari sebelumnya, dengan konteks baik yang terkoneksi dengan hal-hal yang berhubungan dengan perubahan itu sendiri.
Pada intinya menulis seperti sebuah ungkapan yang terlahir dalam diri seseorang yang mempunyai rasa yang mendalam. Seperti apa yang saya ungkapkan di buku ini merupakan jeritan batin yang terpendam oleh keadaan yang tidak mau menerima seorang pejuang yang telah menjadi berbeda oleh suatu proses. Dianggap tidak melakukan apa-apa pasca kelulusan atau dengan kata lain menganggur, seringnya menghadapi hal yang terbalik dari mereka yang membuat opini tentang diri saya dan dianggap aneh karena berbeda merupakan beberapa hal-hal yang saya hadapi sehari-sehari.
Banyak hal-hal atau gagasan yang saya dapat dari kehidupan sehari hari-hari mulai dari hal sepele maupun mendapati sesuatu yang tidak sesuai maupun sesuai dimana dari kejadian tersebut melahirkan sebuah kutipan yang bermakna mendalam. Dari makna dalam tersebut menjadi sebuah jalan membuka sudut pandang dan pola pikir baru, tetapi terkadang lupa tidak pandang bulu terhadap bagaimana kualitas kutipan tersebut, maka dari itu salah satu cara mengantisipasi hilangnya kutipan tersebut yaitu dengan menulis kutipan tersebut.
Sama halnya seperti menulis buku ini mencurahkan semua kutipan-kutipan yang telah saya dapatkan dari banyak hal dan pengalaman pribadi yang merasa banyak mempunyai nilai positif yang telah berpengaruh dalam hidupn saya. Waluapun mungkin dalam buku ini tidak teratur tata bahasa, konsep, pembahasan atau apapun yang mengenai hal teknis dalam penulisan, buku ini merupakan sesuatu yang sangat berharga dalam hidup saya yang saya perjuangkan dengan keyakinan yang konsisten. Saya siap menerima tanggapan negative terhadap hasil buku ini bahkan sampai begitu siapnya saya tidak perduli untuk memperdulikan tanggapan tersebut, yang saya perdulikan adalah bagaimana saya menyelesaiakan apa yang saya mulai. Lahir dari terinspirasi membuat saya juga ingin sebaliknya memberi inspirasi, seperti diberi sebuah pencerahan atau dorongan dengan adanya atau menemukan dari orang-orang atau hal-hal yang membuat saya terinspirasi menjadikan saya berpikir harus sebaliknya juga yaitu menginspirasi. Karena hal tersebut menurut saya seperti halnya balas budi terhadap sesuatu yang telah membantu menjadi lebih baik lagi. Jika kita mendapatkan sesuatu yang baik, maka tidak ada salahnya kita juga memberikan sesuatu yang sudah membawa kita menemukan sesuatu yang baik tersebut.
C. Alibi
Bermusik adalah semua ungkapan dasar dibalik mengusahakan menjadi diri sendiri. Alasan utama serta ide yang muncul ingin menulis novel “si Troy” juga karena berawal dari kesukaan saya terhadapan musik kemudian munculah konsep ingin menceritakan seorang anak muda yang ingin menjadi rockstar yang bernama Troy yang mana Troy adalah diri saya sendiri, bisa dibilang juga musik adalah alasan utama saya ingin menulis buku. Sebenarnya tidak tenang sama sekali saya mengerjakan baik bermusik atau menulis buku karena keadaan dan situasi yang tidak mendukung dengan waktu yang semakin sempit untuk berkarya hanya pada dini hari favorit waktu yang tersedia ditambah lagi tidak ada tempat untuk berekspresi dengan maksimal jelas fokus mengerjakan tidak bisa semaksimal yang diinginkan dengan keadaan jiwa yang terkekang dalam kurungan wajib.
Seakan terasingkan oleh keadaan dan kenyataan, bisa dibanyakan seperti apa mental dan semangat yang layak untuk keadaan seperti ini ditambah kemampuan saya bermusik maupun menulis buku belum sampai dikatakan pemula. Pada keadaan saya, antara menulis buku dan bermusik sama-sama diremehkan bahkan jauh dari dukungan yang akhirnya menjadi sebuah kesimpulan diremehkan serta dibicarakan itu pasti ketika belum menjadi apa-apa atau dalam masa proses seperti saya sekarang, apalagi ditambah dengan lingkungan tempat saya tinggal sangat bertolak belakang dengan apa yang saya perjuangkan, jelas tidak akan sangat menyambung jika saya mengatakan Black Sabbath, Cream atau The Who. Mengapa saya merasa lebih yakin bahwa menulis buku akan disetujui oleh orang tua yang mana sebenarnya adalah alibi karena melihat dari proses mengerjakan serta pandangan jika mendengar kegiatan menulis buku menurut saya (dengan melihat pandangan orang tua) lebih rapih dari pada bermusik. Namun pandangan tersebut hanya untuk menyesuaikan dengan tipe orang tua seperti orang tua saya yang mana saya berusaha mencoba jujur terlebih dahulu sebelum melewati batas, tetapi sejujurnya alabi tersebut memang jujur saya ingin menulis buku, namun dibalik kejujuran tersebut ada kejujuran yang utama yaitu bemusik.
Antara menulis buku dan bermusik adalah kejujuran diri saya yang ingin saya wujudkan, namun lapisan jujur utama adalah bermusik. Dengan alasan menulis buku saja tanggapan yang saya terima seperti ini apalagi saya mengungkapkan kejujuran utama yaitu bermusik, ya bisa dibayangkan saja bagaiaman jadinya. Mungkin bukan pertarungan batin lagi yang terjadi namun kehancuran batin hehehe.. tertawa dulu lah ya biar ga ngebul ini kepala. Saya pusing.. saya pusing.. saya pusing..., tetapi jika tidak pusing maka pikiran tidak akan berkembang.
Seperti petinju jika tidak pernah terkena pukulan, mana tau petinju tersebut layak menjadi pemenang atau tidak. Sepertinya pusing memang bagian bahkan pintu untuk menaiki tangga suatu kemajuan, sama halnya para ilmuan, pengusaha bahkan kenaikan kelas pada sekolah juga berhadapan dengan pusing untuk terciptannya suatu keberhasilan atau kemajuan. Saya menyadari bahwa saya berada dilingkungan yang tidak mendukung, namun bukan berarti saya minder atau berhenti justru saya berusaha membalikan keadaan ini menjadi sebuah pembalajaran yang luas.
Sejujurnya saya tidak masalah apapun tanggapan orang-orang disekitar tentang proses ini, rambut gondrong, ini, dibicarakan, dihina, diolok-olok sampai diremehkan saya tidak perduli omong kosong itu, namun yang saya perdulikan adalah bagaiman orang tua saya menerima perbedaan ini atas apa yang terjadi dengan diri saya. Membiarkan saja tanpa berkomentar apapun terhadap apa yang saya ingin lakukan saja itu sudah sangat tidak apapa, walaupun dalam hati saya juga ingin sekali dapat dukungan dari orang tua. Mau bagaimana pun, setidak asyiknya orang tua, tetap mereka adalah hal yang paling berharga di dunia ini yang patut kita hormati dengan keadaan apapun mereka, namun cara penghormatan tersebut bisa dengan cara berbeda-beda karena sejatinya semua orang berbeda.
Lanjut Part 5 Yaww..
No comments:
Post a Comment