-->
  • JIWA TERKEKANG DALAM KURUNGAN WAJIB PART 1 KELUAR TANPA NILAI

    Sekilas Latar Belakang :

        12/02/2022 Ketika saya menulis ini saya tidak tahu bagaimana menulis dengan susuan baik atau mungkin semenarik mungkin, saya juga tidak tahu bagaimana tulisan ini bisa dibaca oleh orang banyak dan blog ini bisa berhasil dikaitkan dengan adsene. Karena sesungguhnya sampai saya menulis di blog ini karena google adsene. Dimana saya sedang dalam proses peninjauan kaitkannya atas blog ini dengan google adsene. Saya juga tidak tahu bahwa hal-hal hebat dapat saya lakukan di blog ini dan tidak pernah terpikirkan bahwa kenapa saya tidak mulai menulis tulisan saya saja disini dari awal saja (2017) dari pada mati-matian menulis naskah sampai isolasi diri ke kota lain atau saya pikir 2 hari di hotel bisa selesaikan naskah, tapi ternyata itu keliru. Yang saya tahu pasti adalah saya harus menceritakan pengalaman apa yang saya rasakan karena banyak sekali hal-hal hebat yang sangat bernilai di setiap apa yang terjadi pada hidup saya. Yang saya tahu juga memberikan/berbagi hal yang bermanfaat tidak harus menjadi seorang guru atau menjadi seseorang yang kaya raya terlebih dahulu. Sekalipun tulisan ini muncul, juga saya anggap sebagai riset dalam hidup saya apakah nilai-nilai yang saya maksud selaras dengan apa yang saya baca. Jika pun ini semua tidak berarti, setidaknya anak saya maupun cucu saya nanti bisa membaca dan menemukan makna dibalik misteri cerita ini.

    Part 1.

    KELUAR TANPA "NILAI" 

        Senin 12 September 2017 merupakan hari kemenangan dalam sejarah hidup saya setelah sekian waktu menghadapi peperangan perasaan negative dan positif yang saling masuk, namun pada akhirnya saya berhasil melakukan dan tiada hari tersebut jika Engkau tidak berkehendak. Hari itu adalah hari dimana saya diwisuda, hari yang saya anggap adalah matahari baru dalam hari-hari kedepan dan sebagai awal kebebasan hati, pikiran dan raga dalam waktu kehidupan yang baru. Semua hal yang menjengkelkan tentang birokrasi skripsi dan tetek bengek pertemanan, semua terasa terbayar lunas pada hari itu, tentu menjalani suatu kewajiban yang mengorbankan kata hati sangat kompleks rasanya dan bagaimana kita menyadari, bertindak secara posisi, bertanggung jawab serta semangat merupakan beberapa tindakan untuk menentukan bagaimana kita bisa melewati proses tersebut. 

        Bagi saya sendiri kuliah bukanlah bagaimana diri dipandang lebih wibawa dari yang tidak kuliah atau mengejar status soasial atau juga ijazah sarjana yang didapat setelah kelulusan, melainkan kuliah merupakan proses bagaimana menemukan siapa sejatinya diri ini dengan sebenar-benarnya. Memang gelar sarjana adalah garis finish dari perkuliahan kemudian dari melewati garis finish tersebut mendapatkan senjata berupa ijazah yang mana digunakan untuk berperang dalam arti mencari pekerjaan, namun tidak pasti semua mengingingkan medan perang yang telah terhubung dengan senjata tersebut, karena kenyataannya adalah pilihan. Pilihan dimana memilih medan perang yang dipengaruhi oleh suatu proses penemuan diri dalam masa kuliah, tentu setiap individu mendapatkan proses yang berbeda-beda. Memilih medan perang berbeda dengan yang telah digariskan adalah keputusan, otomatis senjata yang dibutuhkan juga berbeda jika medan perang tersebut berbeda, maka dari itu kuliah adalah proses untuk menemukan.

        Perkuliahan sangat berpotensi untuk menjadi lebih baik seperti menambah kedewasaan serta lebih luas terhadap sudut pandang, namun hal tersebut bukan berarti pasti akan mendapatkan potensi tersebut, melainkan semua potensi bisa menjadi tergantung dari seseorang dalam menerima serta mengolahnya. Jika berpikir lebih tenang dan perlahan, bersyukurlah terhadap orang-orang yang mempunyai kesempatan untuk kuliah karena kesempatan tersebut tidak bisa didapatkan oleh semua orang. Terlepas salah jurusan atau tidak memang pada dasarnya kuliah adalah untuk menemukan siapa diri sendiri ini, dengan lingkungan dan struktur perkuliahan menjadikan ladang ilmu dan pengembangan softskill diri untuk membentuk attitud dan pengetahuan ilmu yang bagaimana kembali tergantung menerima serta mengolahnya yang menjadikan bagaimana jadinya. 

        Banyak cerita diluar sana dan sudah atau sedang terjadi dimana seseorang mengambil suatu program studi kuliah, namun setelah lulus justru pekerjaan yang dikerjakan berbanding terbalik dengan bidang pada saat kuliah. Hal tersebut adalah cerminan suatu kejadian bahwasannya kuliah bukanlah hal yang pasti akan menjalankan atau bekerja dengan bidang apa yang dipelajari pada saat kuliah, tetapi proses bagaimana sejatinya diri ini menemukan dan mau seperti apa. Rangkaian proses pahit dan manis menuju kelulusan adalah sesuatu yang sangat berharga karena membentuk pengalaman. Dengan selalu berpikir positif semua kejadian yang telah terjadi memastikan pasti dibalik semua kejadian itu ada hal yang dipesankan untuk diri sendiri dari Nya, namun tidak melului ucapan atau pesan melainkan dengan kejadian.

        Mungkin pada umunya semua mahasiswa ingin pencapaian akhir dalam perkuliah adalah bagaimana mendapatkan IPK setinggi mungkin yang mana bisa lebih "mempermudah" ketika ingin mendaftar atau melamar pekerjaan setelah kelulusan, namun apa yang saya rasakan justru tidak demikian.  Bukan IPK 4,00 yang saya butuhkan atau juga cepat mendapatkan pekerjaan setelah lulus yang mana pasti di ingingkan oleh KEBANYAKAN ORANG TUA, namun perlu diketahui untuk para orang tua begitu juga sebaliknya mahasiswa yang telah lulus juga ingin sekali cepat membahagiakan orang tua yang mana kebahagian pada umumnya dalam konteks tersebut adalah menghasilkan uang atau mendapatkan pekerjaan, tetapi ada orang tua yang tidak bisa menerima atau menyadari bahwa produk hasil perkuliahan itu berbeda-beda yang mana tidak bisa disamaratakan. Karena sejatinya manusia berbeda-beda, apa yang diinginkan dan apa yang diminati yang mana cara untuk menghasilkan uang atau mendapat pekerjaan bahkan membahagiakan orang yang dicintai (Orang Tua) juga berbeda-beda karena proses penemuan diri yang dijalani setiap mahasiswa itu berbeda-beda dan orang tua tersebut adalah orang tua saya sendiri. 

        Mungkin ada juga yang menginginkan sebaliknya dan itu tidak masalah, sama halnya saya menginginkan hal tersebut, hanya saja ini tentang pilihan yang sesuai passion diri. Karena saya menyadari bidang kerja seperti apa yang saya butuhkan dimana menjadikan saya sudah mengetahui jenis pekerjaan yang ingin saya tuju, yang mana salah satu syaratnya adalah tidak menggunakan nilai IPK. Hal tersebut adalah alasan utama saya membiarkan nilai IPK saya dibawah 3 yang mana belum pernah saya utarakan pada siapapun melainkan pada tulisan ini. Dengan segala hal yang telah saya pertimbangkan sebelumnya membuat saya benar-benar ingin melakukan dan saya sadar atas pilihan tersebut. Dalam pencarian jawaban atas pertimbangan tersebut saya berpikir bahwa hidup untuk dihidupkan. Ketika kita merasa hidup, itu adalah hal terbaik yang terjadi pada diri kita. Saya yakinkan pada diri ini sampai dengan mengerjakan tulisan ini saya dalam keadaan sangat sadar dalam memutuskan apa yang saya lakukan, tetapi ketidak sadaran mereka (orang tua) atas sejatinya menerima perbedaan yang terjadi pada saya tidak disadari. Dengan semua keterlambatan ini saya percaya hal yang terjadi dalam hidup seseorang telah digariskan oleh-Nya, tidak ada kata terlambat selagi matahari masih terbit dipagi hari.

        Semua pandangan yang menganggap pasti baik dengan berpatokan terhadap IPK tinggi dan berpakian rapih hanya omong kosong yang saya telan sehari-hari dari sekitar bahkan dari orang terdekat sekalipun. Pada kenyataanya hal tersebut tidaklah bisa pasti karena tidak adil. Ada berbagai indikasi yang tidak bisa disamaratakan dengan hal demikian, misalkan saja dengan nilai rendahnya IPK mahasiwa bisa saja terjadi karena program studi kuliah yang diambil bukanlah pada bidang mahasiswa tersebut dan masih banyak contoh indikasi lain. Kemudian berpakaian rapih juga tidak bisa menjamin bahwa dibalik kerapihan seseorang tersebut menandakan dalam dirinya juga rapih yang selama ini di gadang-gadang oleh segelintir orang jika berpakian rapih menandakan kebaikan seseorang atau memang justru sebaliknya, namun mau itu sebaliknya atau tidak sebaliknya sejatinya tidaklah memandang sesuatu hal dengan pasti dengan berpatokan seperti hal tersebut karena patokan hal tersebut masih bisa sebaliknya.

        Kekeliruan atau penyempitan persepsi merupakan hal yang tidak bisa dilestarikan bahkan harus dimusnahkan, karena menunjukan bahwa persepsi tersebut bukanlah persepsi yang sehat, bukan hanya tidak sehat untuk pelakunya tetapi juga tidak sehat untuk lingkungannya. Sangat tidak mengembangkan sudut pandang bahkan mempersempit yang mana patokan terhadap sesuatu hal yang tidak tepat untuk dipusatkan menjadi suatu literatur pasti akan menghasilkan hasil dari persepsi yang buruk. Pada akhirnya kelulusan perkuliahan sejatinya mendapatkan ilmu yang dipelajari dari program studi dan atittud yang baik serta berpandangan luas terhadap segala hal atas belajarnya dari pengalaman, tetapi hal tersebut bukan berarti semua orang yang kuliah pasti mendapatkan, melainkan hal tersebut akan lebih mudah didapatkan ketika kesadaran diri untuk berani menyadari terhadap sikap diri yang dikeluarkan dan menerima sesuatu hal yang tidak sesuai dengan tetap berpikir positif. Jadi apapun yang kita putuskan wajib berdasarkan atas kesadaran diri, sadar berarti mengetahui konsekuensi hal tersebut. 

        Keluar tanpa nilai bagi saya tidak masalah karena pada pandangan saya kesuksesan perkuliahan bukan dilihat dari nilai tingginya IPK yang didapat, melainkan perubahan diri yang lebih baik. Tidak masalah kita memiliki suatu pilihan yang menjadi tujuan hidup walupun pilihan tersebut berbeda. Lebih baik menemukan siapa diri kita, dari pada tidak tau siapa diri kita.

    Lanjut di PART 2 Yaww...


  • You might also like

    No comments:

    Post a Comment